ototo-in-progress

METAMORFOSIS --- Supported by Tommorowland Project

Wirausaha Kamis, September 30, 2010


Sering kali kita ditanya:

- Kerja dimana?
- Posisinya apa?
- Salarynya berapa?
- Enak gak?

Pertanyaan klasik, dan biasanya kita akan mudah menjawab..

- Ohh aku kerja di perusahaan "A"
- Posisinya sebagai "B"
- Salarrynya "C"
- Enak juga sih..

Itu kalo yang tanya orang lain..

Sekarang coba tanya diri sendiri..

- Apa kerja di perusahaan "A" sudah sesuai dengan keinginan kita?
- Apa posisi yang sekarang sudah menjamin karier kita?
- Apa salary yang diterima sudah bisa mencukupi kebutuhan kita?
- Apa sudah merasa enak kerja di perusahaan "A"?

Kalo jawabannya "OK" semua.. no problem..

Tapi bagaimana kalo jawabannya "tidak OK"????

Mau cari kerjaan lain?? Iya kalo ada perusahaan lain yang mau..

Mau cari posisi yang baru.. Iya kalo ada kesempatan di perusahaan ini..

Mau minta tambah salary?? Memang ini perusahaannya "Mbahmu.." hehe...

Jadi kesimpulannya.. enak ga enak.. cukup ga cukup.. puas ga puas.. harus dijalani dengan senang hati..

Tapi ada yang bilang, posisi yang gak enak ini bikin stress.. ga onok masa depan.. padahal ga ada yang bisa diperbuat selain nrimo kerja di perusahaan ini..

Bagaimana menyiasatinya??

Bunuh diri?? Ojok yo... hidup ini indah untuk dinikmati..

Trus gimana dong???

Ya kembangin apa yang bisa dilakukan di luar jam kerja.. toh sehari kita masih punya waktu 16 jam selain kerja di kantor..

Gampangannya sehari ada 24 jam.. di bagi aja 3.. 8 jam kerja di kantor, 8 jam kerja diluar.. and 8 jam bobo'... pas toh..

Trus apa yang dikembangin???

Kalo kita mau jeli.. sebenarnya banyak sekali peluang yang bisa kita ambil..

Paling gampang tuh dengan wira usaha.. mau bikin apa kek.. mau bisnis apa kek.. mau blantik apa kek..

Karena wira usaha tuh merupakan kunci dari kemakmuran..

Ga percaya?? Baca artikel dari kompas di bawah:


Wirausaha, Kunci Kemakmuran


Berada dalam masa penjajahan hingga 3,5 abad menjadikan masyarakat Indonesia penurut dan kurang kreatif. Karena itu, tidak heran jika jumlah wirausaha di Indonesia hanya mencapai 0,81 persen. Agar terbebas dari pengangguran dan kemiskinan, Indonesia harus menjadikan abad ke-21 sebagai abad wirausaha.

Demikian diungkapkan Pendiri Universitas Ciputra Entrepreneurship Center, Ciputra, Rabu (22/9/2010) di Universitas Ciputra, Surabaya. " Wirausaha adalah ilmu tentang bagaimana menjadi kan kehidupan lebih makmur. Dengan wirausaha, kita bisa merubah lingkungan yang tidak sehat menjadi sehat, barang yang tidak bernilai menjadi emas," ucapnya.

Menurut Ciputra, jumlah wirausaha di Indonesia masih sangat sedikit. Dengan jumlah wirausaha di Indonesia di bawah satu persen, maka di Indonesia baru ada sekitar 400.000-an pengusaha. Sementara itu, di negara-negara lain, seperti Singapura jumlah wirausaha mencapai tujuh persen bahkan di Amerika Serikat mencapai 13 persen.

"Saat ini ada kesadaran di seluruh dunia bahwa kewirausahaan dapat memecahkan masalah ekonomi dunia. Melalui pendidikan, jumlah wirausaha harus terus ditambah," kata Ciputra.

Agar jumlah pengusaha di Indonesia bertambah, idealnya dari total sekitar 2.800 perguruan tinggi di Indonesia, 50 persen di antaranya harus memberikan mata kuliah wirausaha bagi para mahasiswa mereka. Dengan demikian, muncul pengusaha-pengusaha muda yang mampu menciptakan lapangan kerja serta mempekerjakan banyak orang.

"Budaya pendidikan kita selama ini adalah budaya menghafal. Sementara dengan pendidikan khusus wirausaha, maka siswa atau mahasiswa dilatih untuk berwirausaha. Setelah lulus mereka tidak lagi mencari pekerjaan tapi menciptakan pekerjaan sendiri," paparnya.

Pio takut anjing Rabu, September 01, 2010

Apa yang dilakukan Pio kalo lihat kucing??

Pasti di pegang buntutnya..

Yang dilaku'in riskan sekali ya .. bisa digigit.. ato di cakar..

Tapi ya namanya arek cilik.. tetep aja setiap kali lihat kucing langsung aja di mainin kayak gitu...

Kalo Pio lihat anjing???

Lari... (hehe.. gocik pol..)

Pio memang takut anjing.. denger gonggongannya aja udah mengkeret..

Untunglah.. karena anjing lebih berbahaya daripada kucing..

Dan sudah ada penelitian kalo anjing tuh suka gigit arek cilik..

Kenapa ya?? Baca artikel di bawah ini:

Mengapa Anjing Suka Menggigit Anak Kecil?

Kecintaan pada binatang ternyata bisa membawa sial. Organsisasi Kesehatan Dunia atau WHO mencatat, sedikitnya tiap tahun terdapat 12 juta kasus gigitan anjing. Menurut data, sepuluh dari penyebab umum kematian yang disebabkan oleh infeksi rabies dari gigitan anjing yang mematikan, terutama di Afrika dan Asia.

Populasi yang paling banyak terinfeksi akibat gigitan adalah anak-anak serta pekerja di lahan pertanian. Dibandingkan orang dewasa, ternyata anak-anak sering menjadi sasaran utama gigitan anjing. Menurut penelitian, ternyata para anjing merasa terancam teritorinya oleh anak-anak.

Untuk melihat kaitan antara perilaku anjing yang suka menggigit anak-anak ini, para ahli menganalisa 111 kasus gigitan anjing. Sepertiga anjing yang suka menggigit pada umumnya karena mereka merasa cemas, misalnya karena ditinggal pemiliknya atau takut mendengar suara keras, seperti suara petir. Di lain pihak, anak-anak juga cenderung sering membuat suara ribut dan melakukan gerakan tak terduga yang akan membuat anjing yang sedang cemas itu semakin takut.

Perilaku tersebut tampak pada lebih dari 41 jenis anjing. Secara umum terdapat penyebab perilaku agresif pada anjing, sebagai berikut:

- Anjing sering merasa terancam dan curiga mainan atau makanannya akan diambil oleh anak. Itu sebabnya mereka suka menggigit anak berusia di bawah 6 tahun.

- Anak berusia lebih besar yang digigit anjing biasanya terjadi jika anjing merasa teritorinya diganggu.

- Anjing yang sedang menjaga makanannya sering berperilaku agresif hingga mengigit anak majikannya.

- Sebaliknya, anak digigit anjing yang bukan peliharaannya karena anak itu dianggap melanggar teritorinya.

- Sebagian besar anjing yang suka menggigit ternyata juga punya gangguan kesehatan fisik, seperti penglihatan kabur, penyakit liver, ginjal, serta penyakit lain yang dipengaruhi oleh kulit dan tulang.

Sumber : Kompas